Minggu, 05 Juli 2015

HOME EDUCATION (HE) & HOW TO START HE

Kulwap HE-BPA Bandung 3 Bagian 1
Sumber: HE BPA Jabar1
Pemateri: Harry Santosa
15 & 21 Januari 2015
Disarikan oleh: bunda rinrin

Home Education adalah adalah proses edukasi dalam rangka menumbuhkan potensi 4 fitrah yang ada dalam setiap insan dengan berbasis rumah sebagai miniatur peradaban sehingga perkembangan dalam diri kita juga anak-anak semuanya simultan, seimbang, dan terpadu dimana orangtua sebagai fasilitatornya.
memulai HE adalah berawal dari proses kesadaran untuk membangkitkan fitrah-fitrah baik dalam diri kita orangtua dengan tazkiyatunnafs, agar dapat bertemu dengan fitrah-fitrah baik yang ada pada anak-anak kita. Sehingga tugas kita dan anak-anak kita sebagai khalifah di muka bumi ini dapat tercapai.
Berikut adalah 4 potensi fitrah yang akan dtumbuhkan:
1. Potensi fitrah keimanan, bahwa setiap insan sebelum lahir telah melakukan sebuah perjanjian dengan robbnya. Ia bersaksi bahwa tiada tuhan selain ALLAH.
2. Potensi fitrah belajar. Setiap bayi adalah pembelajar yang tangguh, dia tidak pernah menyerah ketika jatuh saat belajar berjalan.
3. Potensi fitrah bakat. Setiap diri kita memiliki keunikan yang akan menjadi pembeda dengan yang lainya. Sehingga memberikan ciri spesifik dalam peran hidupnya.
4. Potensi fitrah perkembangan. Bahwa secara fisik dan phisikis manusia berkembang sesuai tahap perkembanganya. Tidak berlaku kaidah lebih cepat lebih baik.
Ke empat potensi fitrah di atas harus berjalan beriringan. Karna jika salah satunya tdk berkembang akan melahirkan generasi yg tidak matang istilah pak Harry menyebutnya dengan "tidak paripurna".
Fitrah belajar dan fitrah bakat yang tumbuh bersamaan dengan fitrah keimanan melahirkan generasi yang inovatif, produktif dan berakhlak mulia.
Sungguh itulah generasi yang semestinya kita tumbuhkan. Karena, mereka adalah amanah yang akan menjadi pertanggungjawaban kita orang tua sebagai pemegang amanah.
Proses HE ini dimulai dengan proses tazkyatunnafs (pensucian diri) seperti dalam firman Allah dalam QS Al-Jumu`ah:2 "Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". Ayat ini adalah jawaban atas Doa Nabi Ibrahim alaihisalam tentang generasi yang akan dibangkitkan dari keturunannya.
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau,menyucikan jiwa mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Kitab (Al Qur'an) dan Hikmah (As-Sunnah) meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yg nyata".
Kemudian dlm QS Al Baqoroh:129
"Ya tuhan kami, utuslah ditengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yg akan mmbacakan kepada mereka ayat-ayatMu & mengajarkan kitab dan hikmah kepada mereka, & menyucikan mereka. Sungguh engkaulah yg maha perkasa, maha bijaksana."
Ada tahapan berbeda dari kedua ayat tersebut.
Doa Nabi Ibrahim as adalah "pembacaan", "pengajaran" , "pensucian"
Jawaban Allah adalah "pembacaan" dan "pensucian" sebelum memulai proses "pengajaran" (ta'limunal-Kitaba walHikmah). Kata Tazkiyah atau pensucian oleh beberapa ulama dimaknakan sebagai Tarbiyah atau menumbuhkan fitrah yang merupakan inti Pendidikan itu sendiri, sedangkan pengilmuan atau pengajaran bersifat pemberian skill n knowledge.
Setiap anak terlahir dengan fitrah yang disertakannya, tugas kita orangtua adalah menggali dan menumbuhkannya dengan proses Pendidikan yaitu  "inside out", menumbuhkan fitrah-fitrah dalam diri anak-anak kita. Dan bukan proses penjejalan, pengegasan "outside in". Sehingga mereka dapat mencapai tujuanya yaitu menjadi khalifah di muka bumi.
Home Education bukanlah home schooling. Karena proses pendidikan berbeda dengan proses sekolahan bukan pula memindahkan sekolah k rumah. Tapi, proses membangkitkan fitrah-fitrah. Jika fitrah-fitrah tersebut telah bangkit maka akan beriman dengan sendirinya, akan belajar, akan berbakat, dan akan berkembang dengan sedirinya sesuai dgn sunatullahnya masing-masing tidak ada paksaan juga pengegasan.
Dengan kesadaran akan fitrah-fitrah tersebut, maka kita akan terasa mudah untuk menjalankan teknik home education. Berikut contoh framework yang diberikan pa Harry
Framework ini dibuat seperti halnya kurikulum di sekolahan, namun dibuat dalam tematik yang sesuai dengan minat anak saat itu. Dalam prosesnya lebih baik membangkitkan fitrah-fitrah yang ada "inside out", seperti membangkitkan rasa suka buku atau dibacakan sebuah buku daripada mengajarkan membaca. Karena dengan sendirinya anak yang menyukai buku akan menyukai membaca.
Para pakar menganjurkan untuk tidak banyak teaching dibanding learning dalam menjalankan HE.
Terdapat metode yang bisa diterapkan dalam proses HE.diantaranya:
metode mendidik aqidah usia dini, metode membangun imaji positif, metode keteladanan dan inspirasi, metode belajar bersama alam, metode bahasa ibu, metode membangkitkan intellectual curiousity dll. Semua disesuaikan dengan tahapan usia.

Sesi tanya jawab :
1⃣. bunda Riani
Ingin bertanya mengenai luka persepsi, sejak kapankah konsep benar salah / boleh jangan dapat dikenalkan dan bagaimanakah agar tidak sampai menimbulkan luka persepsi pada anak?
1⃣ bunda riani yg baik
#Proses mendidik adalah proses "inside out", menemani anak2 qt utk mengeluarkan potensi2 fitrahnya agar tumbuh paripurna (Insan Kamil). Diantara fitrah itu adalah fitrah waktu pertumbuhan/tahap perkembangan. Utk pendidikan generasi Aqil Baligh pd tahap balita, referensi yg plg indah adalah khdp Rasulullah saw diusia 0-5/6 thn.
#Membangkitkan fitrah belajar utk usia 0-6 thn, mmg harus pandai2 antara memberi ruang dg kesempatan seluas2nya, namun menjaga jgn sampai beresiko. Pd usia anak2, blm punya tggung jwb moral, mrka akan mencoba sgla hal, wlw berbahaya bagi dirinya. Maka cara terbaiknya dg menyediakan ruang yg aman, membacakan kisah yg tidak menakut-nakuti namun inspiratif agar anak lbh hati2, bs juga dg memunculkan emosional intelegentnya. Misal memberi label wajah merah cemberut utk benda berbahaya&label kuning ceria utk benda yg tdk berbahaya. Silahkan berkreasi. Intinya potensi fitrah belajarnya akan pupus jika qt terlalu protektif
#Utk memberi kesempatan fitrah perkembangan anak2 qt tumbuh baik, adalah
dengan memberinya kesempatan utk mengexplore "Intellectual Curiousity'nya". Contoh: Selama memiliki anak usia 0-7thn, ganti semua peralatan dg bahan yg tdk mdh pecah. Semua org dewasa di rmh jg hrs memakai peralatan tsb. Itu yg dlu klga bu Septi lakukan ke anak2nya, shgga nantinya mrka trampil dg peralatan beling (krn sdh trampil dg yg plastik).✅
2⃣. Bunda siti ulfah
Bismillah, materi yg luar biasa. izin bertanya: (1) bagaimana menghilangkan kecenderungan diri utk menurunkan pola asuh warisan orgtua yg dianggap krg memberdayakan fitrah? (2) bagaimana mengatur konsep HE secara mandiri jika (terpaksa) masih harus tinggal bersama orgtua serta saudara2?
2⃣. Bunda siti yg baik, justru karunia Anak sebenarnya karunia terbaik dan kesempatan terbaik untuk memperbaiki fitrah2 kita, termasuk dalam bertutur, adab, akhlak, beribadah dsbnya. Mendidik anak sesungguhnya kesempatan mendidik diri, kesempatan memperbaiki ruhiah. Berapa banyak orang yg menjadi baik krn terinspirasi oleh kebaikan tulus anak2nya. Siapapun bisa berbuat apapun, tetapi tidak di depan anak2 yg dicintainya. Siapapun tdk mau merusak keturunannya dgn perbuatan buruknya.
Teknisnya memang sesekali anak2 sebaiknya diajak tdk hanya meneladani kita tetapi juga orang2 baik bahkan perilaku alam, bisa dengan kisah2 inspiratif, kebiasaan2 adab2 baik di rumah, kunjungan ke orang sholeh atau kegiatan yg membangkitkan gairah berakhlak, belajar dan jujur pd sifat dirinya.
2. Bunda siti, perkuat terlebih dahulu konsep pendidikan anak yg disepakati antara suami dan istri. Menurut pengalaman saya 19 th mendidik anak2, selama kita kuat maka om, tante, nenek akan diam. Tetapi kl kita tampak tidak yakin, maka orang lain akan ikut campur tangan.
Kuncinya selama Allah dan Rasulnya tidak murka, silakan terus jalan dg keyakinan anda.✅
3⃣. Bunda Hani
terkait fitrah keimanan, saya ingin tahu lebih jelasnya mengenai bahasa ibu. kami berfikir karena kami berasal dari etnis sunda dan tinggal di lingkungan sunda maka dalam berkomunikasi dg anak, kami menggunakan bahasa sunda. Ketika kami memutuskan untuk pindah ke daerah di luar sunda, bagaimana baiknya, apakah tetap mempertahankan bahasa sunda sebagai bahasa ibu? lalu bagaimana dengan bahasa indonesia & bahasa inggris yang juga kami kenalkan beberapa kosa kata dalam bentuk nyayian apakah itu akan membingunkan anak?
3⃣ bunda hani, bahasa ibu itu adalah komunikasi yg dipakai sehari- hari di rumah. Bahasa ibu ini tidak sekedar urusan grammar, lebih dari itu, krn bahasa ibu akan membangun imaji positif anak. Makanya antara bahasa sehari-hari orangtua dan anak harus sama.
Sehingga anak-anak yg di LN atau otangtua yg berasal dri beda suku misalnya, tetaplah pakai bahasa indonesia unt berkomunikasi di dalam rumah, bahasa asing anak akan belajar dari lingkungan.
# Bahasa Ibu teramat penting pada usia 0-7 tahun. Bahasa ibu yg dimaksud adalah bukan hanya pembiasaan, namun sampai pemaknaan logika dan perasaan. Bahasa adalah kemampuan mengekspresikan gagasan dan perasaan dgn tutur yg baik dan pesan yg sampai. Itulah mengapa Rasulullah saw, ditakdirkan Allah dikirim ke Bani Sa'diyah utk menghayati bahasa ibu (bahasa Arab) yg masih murni dengan hidup bersama kaum itu.
Para ahli dan praktisi tdk merekomendasikan bahasa asing pd usia 0-7 tahun. Diharapkan sampai usia 5 tahun 80% bahasa ibunya sdh sempurna dikuasai dgn indikasi dia mudah mengekspresikan gagasan dan perasaannya. ✅
4⃣. Bunda nurbaety
Assalamualaikum bun mau tanya idealnya anak di usia berapa ya mulai masuk sekolah?
4⃣. Bunda nurbaety yg sholehah, mengoutsource pendidikan anak ke pihak lain idealnya dan sebaiknya secara penuh setelah anak berusia aqil baligh. Sejak usia 0-7 sebaiknya orangtua full bersama anak2nya. Usia 8-14 boleh dikombinasi dgn tahapan dari seminimal mungkin kombinasi sampai optimal di usia 14 tahun. Tanggungjawab penuh tetap pd orangtuanya.
Program dan portfolio atau personalized education anak kita tetap di tangan kita. Inilah peran pendidikan orangtua, yg sejak bergabung di group ini telah kita mulai perlahan2. Jangan khawatir, banyak best practice yg proven dari Bunda Septi dkk yg akan dishare, yg sesuai konsep pendidikan sejati.
Pendidikan berbeda dgn persekolahan. Kurikulum pendidikan nasional hanya memadai utk persekolahan, dan jauh memadai dari pendidikan secara utuh. Persekolahan hanya fokus pd skill, knowledge, serta sedikit karakter.
Bersekolah maupun tidak, peran kita harus dominan. Sayangnya, biasanya dominasi sekolah membuat para ortu hanyut dalam prosesnya. Lingkup Mendidik akhirnya menyempit menjadi membuat PR, menyiapkan ujian, membantu tugas2 sekolah dstnya. Pastikan ini tdk terjadi, jika terjadi sesungguhnya kita menyia2kan masa mendidik anak2 kita.
Bayangkan istilah "Pekerjaan Rumah" sdh berubah maknanya, seharusnya adalah aktifitas bersama di rumah menjadi tugas2 sekolah dan diberi nama pekerjaan rumah,
Anak2 kita, sepanjang hari dalam hidupnya sebelum mencapai aqilbaligh, memerlukan pendamping yg telaten, ikhlash, penuh cinta, memahami dan bershabar tingkat tinggi thd potensi dan karakter uniknya.  Mohon maaf, saya meragukan ada lembaga bisa seikhlash, sepenuh cinta, sepenuh shabar spt Ayah Bunda semua. Jadi jangan sia2kan waktu kita dan waktu anak kita dalam pendidikan.✅

Tidak ada komentar:

Posting Komentar